Rabu, 05 Januari 2011

Pentingnya Jejaring Sosial bagi Politik

Mundur setengah jam dari jadwal yang ditentukan, Obrolan Langsat dengan dua tamu istimewa, Budiman Sudjatmiko dan Chantal Della Concetta, dimulai pukul 20.00 hari Senin lalu (8/11). Obrolan kali ini terpaksa mundur karena terlambatnya (delay) penerbangan Budiman dari Semarang.

Dengan topik Politik Praktis di Indonesia dan Jejaring Sosial, moderator Ndoro Kakung mengajukan beberapa isu. Di antaranya mengapa situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter dipadati sekaligus diminati oleh politikus.

Di kesempatan pertama, Chantal, penyiar berita di RCTI dan juga humas kelompok Nasional Demokrat (Nasdem), menjelaskan siapa Nasdem dan apa visi serta misinya.

Dikatakannya, Nasdem belum berpikir untuk menjadi partai politik seperti yang banyak dipertanyakan orang. Nasdem justru ingin memberi pendidikan politik kepada masyarakat luas dengan cara masuk ke dalam jejaring sosial.

“Kami punya akun Facebook dengan fans page mencapai sekitar 14 ribu orang,” jelas Chantal.

Pertanyaan berikut yang disampaikan oleh moderator adalah apakah Nasdem menggunakan media jejaring sosial untuk memobilisasi massa dan menekan pemerintah?

Chantal dengan lugas menjawab bahwa untuk sementara ini tak ada niat dari Nasdem untuk melakukan hal tersebut. Terlebih, sumber daya manusia Nasdem sendiri masih belum optimal untuk mendukung komunikasi mereka dengan masyarakat di jejaring sosial.

“Masyarakat sudah pintar. Mereka juga bebas menilai Nasdem apa saja,” lanjut Chantal yang berharap masyarakat bisa membedakan kicauan dirinya di Twitter sebagai humas Nasdem, news anchor dan pribadi.

Sementara itu, Budiman mengatakan masyarakat kini telah memahami bahwa jejaring sosial telah mengembalikan rakyat ke dalam demokrasi (demos). Jejaring sosial diakuinya memiliki sifat akseleratif dan fasilitatif. Namun demikian, jejaring sosial tidak menjalankan faktor penentu kendati punya pengaruh.

“Jejaring sosial ini sangat berpengaruh karena menghapus sekat demografi, baik itu orang desa atau kota. Apa yang dirasakan di sana, terasa juga di sini,” cetus wakil rakyat dari Fraksi Partai PDI Perjuangan ini.

“Dalam politik, jejaring sosial menjadi miik semua orang. Bahkan orang di daerah terpencil sekalipun,” tambahnya.

Itu sebabnya politikus berusia 40 tahun ini ingin melihat masyarakat makin banyak menggunakan jejaring sosial di internet. Pasalnya, selain tak punya sekat lokasi, melalui jejaring sosial-lah kekuatan bisa digalang.

“Asal komunikasinya tidak satu arah,” tegas bekas aktivis Partai Rakyat Demokrat (PRD) yang menilai gerakan massa pada 1998 lalu akan lebih dahsyat dan fundamental apabila era jejaring sosial sudah ada.

Mendekati akhir obrolan, muncul pertanyaan dari floor (mbak Ainun @pasarsapi) tentang bagaimana masyarakat bisa belajar politik dari politikus via jejaring sosial apabila politikusnya sendiri busuk.

Namun sayang Budiman tak mampu menjawab dengan eksplisit pertanyaan tersebut. “Saya punya beberapa kawan politikus yang terjun ke jejaring sosial dan punya sikap sangat baik,” tutupnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar